Selasa, 12 Januari 2016

Sahabat-sahabat Langit

Sahabat-sahabat Langit

MANUSIA dicipta dengan sebaik-baik ciptaan. Namun kelemahan juga mengirinya. Baik sebab manusia dianugrahkan akal, lemah ketika nafsu turuti bisikan setan yang tak pernah putus asa mengajak lalai.

Darinya manusia butuh orang di sekitar. Yang membantu ketika perlu, yang mengajarkan saat jahil, yang melengkapi napas detak kehidupan dengan perbedaan-perbedaannya.
“Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha mengetahui dan Maha teliti.” [1]

Selain saling mengenal dan berkawan, Islam juga menyediakan langkah-langkah agar berkarib seakan saudara. Agar pertemanan mewujud tangga meraih surga. Agar memiliki sahabat, menjadi keteduhan tersendiri dalam sanubari.

“Telah Aku wajibkan kecintaan-Ku,” firman Allah dalam hadits qudsi, “untuk mereka yang saling mencintai karena Aku, berkumpul karena-Ku, saling berkunjung karena Aku, dan saling memberi karena-Ku,” riwayat Malik berderajat shohih.

Mencintai karena Allah, adalah buah dari cinta kepada Allah. Karena dengan mencintai-Nya, mempertemukan ia pula dengan orang-orang yang mencintai Allah dan Dia mencintai mereka.

Dengan cinta kepada Allah, seorang hamba menikmati segala amal yang mendekatkan dirinya pada Allah, dan berpaling dari laku yang membuat Allah murka padanya.
Hal ini mendekatkan hamba tersebut dengan sahabat-sahabat yang bila bersama mereka, terbuka jalan menuju surga. Yang bila di sisi mereka, tertutup celah mendurhakai-Nya.
Mungkin muncul pertanyaan, bisakah seorang yang tak mengenal Allah berkawan dengan orang sholih? Sebab di penjelasan sebelumnya termakna bersahabat karena Allah, buah dari ketaatan pada-Nya. Lalu bagaimana dengan mereka yang cenderung fasik dan ingin bersahabat langit?

Keinginan bersaudara dengan hamba beriman adalah bukti seseorang mencintai Allah. Sebab iman, berarti mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan Nabi-Nya. Dan Allah berfirman,
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [2]

Sahabat langit, mencintai seseorang karena taatnya. Kecewa karena maksiatnya. Mendukung dengan raga bahkan harta tatkala sahabatnya berjuang di jalan Allah. Menciptakan masa-masa kebersamaan untuk lebih dekat pada-Nya.

Juga pasti kecewa dengan maksiat yang diperbuat sahabatnya. Mengingatkan untuk kembali ke suara nurani. Meninggalkan sejenak; bukan untuk seutuhnya pergi dan tak berkawan lagi, tapi guna menumpah tangis atas kelemahan diri tak mampu mengajak saudaranya ke arah diridhoi.

Sahabat langit, tak pernah melupakan. Meski jarak membelah jauh, meski temu berbatas waktu, meski tanpa ikatan kebersamaan, ia selalu mendoakan.

Walau sekian hadir kawan di sekitarnya, walau berbeda jalan hidup yang ditempuhnya, walau berkali salah melukai hatinya, selama Allah menjadi tempat kembali, ia selalu menerima sepenuh hati.

Sahabat langit acap memperbaiki hubungan dengan Maha Pencipta. Ia yakin, sungguh bukan kemampuan manusia menyatukan hati bersaudara. Karena itu, ia tak pernah menuduh persahabatan ketika koyak. Melainkan menyelami hati juga sikap; mungkin ikatan dia dengan Allah sedang rusak.

Maka di dunia, Allah limpahkan kemanisan iman pada sahabat langit. Mengutus Jibril sampaikan bahwa Allah mencintainya.
Sedang di akhir nanti Allah naungi hamba yang saling mencintai karena Allah. Menyediakan mimbar-mimbar bercahaya. Mengundang iri para nabi dan syuhada.
Semoga Allah kumpulkan hati bersama sahabat-sahabat langit. Menjulang tinggi antarkan pribadi melabuh di sebaik sisi; keridhoan-Nya. []

[1] QS. Al Hujurat: 13
[2] QS. Ali Imraan: 31
Redaktur: Saad Saefullah

0 komentar:

Posting Komentar